CERITA MALAM PERTAM4 DENGAN DUDA PERJAK4
"Duh...sayang...pelan-pelan dong, sakit banget nih!" Qonita meringis, matanya terpejam menahan sakit, jemari lentik wanita itu mencengkram bahu lelaki yang setengah hari jadi imamnya
"Hah sakit ya?, nih sudah pelan banget."
"Tapi beneran sakit, jeda dulu ya?"
"Jeda?"
"He-ehm, saya takut."
"Iya deh, saya gak tega juga kalau kamu kesakitan begitu. Maaf ya," ucap Arash sambil mencium kening istrinya.
Keduanya lalu menghela nafas, pandangan mereka tertuju pada langit-langit kamar, dengan lampu yang remang.
"Duh... ternyata susah jebol ya!" keluh Arash, menggenggam mesra tangan wanita di sebelahnya.
"Apaan sih?" Qonita tersipu, mencubit mesra bahu kekar lelaki di sampingnya. Espektasi tentang malam pertama tidak sesuai realita. Novel-novel romantis yang mengisahkan indahnya malam pertama, tidak sesuai dengan apa yang dibacanya. Nyatanya, malam pertama harus kerja keras, apalagi dilakukan perdana di rumah mertua, jadi harus pakai mode silent. Andai ini musim hujan, mungkin hujan deras akan membantu. Sayangnya ini musim kemarau.
"Pertahanan kamu kuat juga, berapa lapis sih?"
"Berapa lapis? ratusan!" sahut Qonita, menirukan iklan wafer legendaris di TV, sepasang pengantin baru itu akhirnya tertawa bersama, lalu keduanya hanya mengobrol hingga tertidur. Gagal belah duren.
*
Suara ayam jantan sudah berkokok, pertanda akan masuk waktu subuh, samar terdengar suara Bapak mertua Qonita sedang mengaji tepat depan kamar pengantin baru. Rumah orang tua Arash memang sederhana, hanya ada tiga kamar ukuran sekitar lima kali lima meter, di depan kamar adalah ruang keluarga.
Qonita membangunkan suaminya, bahu Arash ditepuk lembut dan mesra ala pengantin baru yang lagi sayang-sayangnya, wanita dengan tinggi seratus enam puluh centimeter itu lalu beranjak menuju saklar untuk menyalakan lampu. Kemudian matanya mengitari ruangan mencari pintu, ternyata tidak ada kamar mandi dalam.
"What!Ohmegad!" gerutunya dalam hati. Mau tak mau Qonita harus keluar kamar, dan tentu akan melewati bapak mertuanya yang sedang mengaji. Bapak Arash termasuk orang yang taat sekali beribadah, jam tiga sudah bangun untuk tahajjud, lalu lanjut membaca Al-Quran sembari menunggu adzan subuh.
Qonita menggaruki kepala, mau keluar tapi malu. Akhirnya mondar-mandir tidak jelas, mengigit kuku lalu kembali ke tempat tidur.
Wanita dua puluh tiga tahun itu dilema, sebentar lagi adzan subuh.
"Semoga saja bapak segera ke mesjid, biar saya bisa cepat ke kamar mandi," gumam Qonita dalam hati.
*
"Sayang bangun...sholat subuh dulu," Arash membangunkan istrinya, lelaki itu sudah rapi dengan baju koko putih lengkap dengan peci hitam. Level kegantengannya makin naik, membuat Qonita ingin terus bergelayut manja di sisi lelakinya.
Qonita menggeliat, merenggangkan otot-otot yang kaku akibat kerja keras yang gagal semalaman, kemudian perlahan membuka mata. Rupanya dia ketiduran setelah bangun tadi. Rasanya baru merebahkan kepala di bantal, malah tertidur nyenyak.
"Abang mau jamaah?"
"Tidak, saya baru saja pulang dari mesjid," sahut Arash melepas kopiah dan meletakkan sejadah di ujung ranj@ng.
Qonita kemudian bangun dan melangkah ragu keluar kamar, bagaimana pun rasanya malu lewat depan mertua setelah malam pertama meskipun gagal. Sementara Arash mulai membaca kitab suci tanpa menyadari kerumitan dalam benak istrinya.
Wanita berkulit kuning langsat itu menarik nafas dalam-dalam, lalu membuang perlahan, menguatkan tekad untuk berani keluar kamar. Apapun yang terjadi sholat harus tetap dilaksanakan, apalagi waktu subuh perlahan makin menipis.
Sambil menahan nafas, Qonita memutar knop pintu, takut ketahuan. Rasanya seperti maling yang mengendap-endap. "Semoga bapak sudah tidak ada depan kamar," gumamnya dalam hati, lagi. Namun pintu kamar tidak bersahabat, malah berderit, nyelekit di kuping, memecah hening.
Meski tidak ada suara di ruang keluarga, tetap saja Qonita masih dilema, dengan ragu kaki Qonita melangkah melewati pintu, rasanya berat sekali, rasa was-was dan malu bercampur aduk.
Pandangannya tunduk, lehernya serasa kaku, dengan kikuk kaki melangkah menuju kamar mandi tanpa menoleh atau mengangkat wajahnya.
Qonita bernafas lega, akhirnya misi pertama ke kamar mandi berhasil juga, entah di sofa itu ada mertuanya atau tidak, dia tidak memperhatikan, berharap tidak ada siapapun di ruang tengah tadi.
Meski misi pertama berhasil, namun problematika yang lain muncul, Qonita ragu. Mau searching di google tapi tidak bawa smartphone, kali ini merasa dirinya paling bodoh, "percuma jadi sarjana kalau tidak paham hal seperti ini," gerutunya dalam hati, ingin sekali memaki diri sendiri.
"Junub gak ya? tapi semalam kan gagal bercocok tanam," tanya Qonita dalam hati.
Bersambung.....
Posting Komentar untuk "CERITA MALAM PERTAM4 DENGAN DUDA PERJAK4"